KERJA KERAS DAN TANGGUNG JAWAB
A. Ayat-Ayat Al-Qur'an
1. QS. at-Taubah/9: 105
2. QS. al-Fushilat/41: 5
3. QS. Yasin/ 36: 12
4. QS. al-An'am/6: 164
5. QS. al-Qashash/28: 77
B. Tadabbur dan Muhasabah
Renungkan dengan rumus 5 W 1H (Kerja Keras dan Tanggung Jawab)
1. What (apa)?: Apa yang terjadi?
2. Who (siapa)?: Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?
3. Why (mengapa)?: Mengapa hal itu bisa terjadi?
4. When (kapan)?: Bilamana atau kapan peristiwa itu terjadi?
5. Where (dimana)?: Di mana peristiwa itu terjadi?
6. How (bagaimana)? Bagaimana peristiwa itu bisa terjadi?
C. Kerja Keras dan Tanggung Jawab
1. Pandangan Islam tentang kerja keras
Kerja keras termasuk salah satu hal yang diajarkan oleh ajaran Islam. Bahkan, umat Islam diwajibkan untuk selalu bekerja keras. Kewajiban untuk selalu bekerja keras ini terdapat dalam Q.S. al-Qashash/28 : 77,
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sungguh Allah Swt. tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”.
Dari ayat al-Qur’an di atas kita mengetahui bahwa kerja keras ternyata juga merupakan kewajiban dalam Islam. Pada ayat tersebut kita diajarkan untuk tidak boleh hanya memikirkan kehidupan akhirat saja, tetapi kita juga harus memperjuangkan kehidupan kita di dunia. Kedua hal ini, dunia dan akhirat, harus seimbang untuk diperjuangkan tidak boleh hanya memilih akhirat atau dunianya saja. Selain dengan memaksimalkan ibadah kita untuk akhirat, sangat baik pula bagi kita untuk bekerja keras demi kesejahteraan hidup di dunia.
Sebenarnya, kerja keras manusia dalam bekerja ternyata juga merupakan bentuk keimanannya kepada Allah Swt. Kita harus ingat bahwa tujuan hidup kita di dunia adalah untuk mencari rida Allah Swt. Oleh karena itu, kita mengingat hal tersebut, kita akan bisa meluruskan niat dalam bekerja dan melakukan kegiatan dengan niat ibadah untuk mencari ridha-Nya.
Bekerja keras tidak hanya berbicara tentang usaha untuk mencapai keinginan atau cita-cita. Dalam ajaran Islam, manusia wajib beriman pada ketentuan takdir. Namun, di sisi lain, juga percaya bahwa takdir atau nasib seseorang bisa berubah dengan adanya usaha dari manusia itu sendiri.
Hal tersebut disebutkan dalam Q.S. ar-Ra’d/13 : 11, “Sesungguhnya Allah tak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri”. Dengan mengikuti anjuran tersebut, bekerja keras untuk dapat mengubah nasib Dengan bekerja keras dan terus berusaha, insya Allah kita akan bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Sesuai dengan ayat di atas, Allah mengajarkan manusia untuk bekerja keras karena apa yang kita usahakan, itulah yang akan kita dapatkan. Hal ini tertulis dalam Q.S. an-Najm/53 ayat:39 yang memiliki arti, “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya”. Oleh karena itu, kita harus yakin semakin kita bekerja keras, semakin maksimal pula hasil yang dapatkan.
2. Ajaran Islam tentang kerja keras
a. Pengertian kerja keras
Kerja berarti melakukan sesuatu kegiatan atau sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Kerja yang dilakukan oleh manusia bertujuan untuk memperoleh makanan, pakaian, jaminan, pengakuan, dan kebahagiaan hidup.
Kerja keras bermakna melakukan sesuatu kegiatan untuk mencari nafkah dengan sungguh-sungguh. Kerja keras untuk mencapai harapan dan tujuan atau prestasi yang maksimal disertai dengan tawakal kepada Allah Swt., untuk kepentingan dunia maupun akhirat.
Firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Qasas /28 ayat : 77. https://quran.kemenag.go.id/sura/28/77
b. Membiasakan perilaku kerja keras
Perilaku kerja keras sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Beliau tidak hanya menghabiskan waktu untuk mengingat Allah saja, tetapi bekerja keras berdakwah, baik di Mekah maupun di Madinah. Berdasarkan hal tersebut, kita dapat mencontoh Nabi bahwa kita diperintahkah oleh Allah dan Rasul-Nya untuk membiasakan perilaku bekerja keras tidak boleh berimajinasi saja atau bergantung pada orang lain dengan cara meminta-minta. Agar kita mendapatkan hasil kerja yang baik, kita harus memiliki motivasi atau semangat, rajin, tekun dan ulet dengan maksud agar berhasil dan dapat mencukupi kebutuhan hidup dan meningkatkan kreativitas dengan cara berdoa dan bertawakal kepada Allah. Di samping itu tidak mengabaikan perilaku jujur, tidak mudah putus asa, sabar jika mengalami kesulitan. Kita harus selalu bersyukur atas rahmat Allah yang diterima.
Perintah bekerja, berkarya untuk mencari rezeki yang halal dinyatakan dalam al-Qur’an dan Hadis Nabi. Allah Swt. berfirman: https://quran.kemenag.go.id/sura/9/105
Hadis Nabi Muhammad Saw:
عَنِ الْمِقْدَامِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اَكَلَ اَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ اَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَ اِنَّ نَبِيّ اللهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)
Artinya: " Dari Miqdam ra. berkata bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Tidak satu pun makanan yang dimakan oleh seseorang lebih baik daripada kerja tangannya. Sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil kerja tangannya”. (HR. Bukhari)
Hadis tersebut menjelaskan pada kita tentang membiasakan bekerja dengan semangat, rajin, tekun dan ulet tidak berpangkutangan mengharapkan balas kasihan orang lain.
3. Cara membiasakan diri untuk berprilaku kerja keras
Adapun cara agar dapat membiasakan diri untu kerja keras adalah sebagai berikut.
1. Niatkan bahwasanya kerja keras merupakan suatu ibadah;
2. Mengerjakan suatu pekerjaan itu dengan sungguh-sungguh
3. Pantang menyerah apabila mendapati sebuah kesulitan ;
4. Tidak mengerjakan suatu pekerjaan yang dilarang oleh agama;
5. Selalu bertawakal kepada Allah Swt. setelah bekerja keras;
6. Selalu bersyukur dengan hasil yang didapat dalam suatu pekerjaan;
7. Selalu bersabar apabila hasil yang didapat tidak sesuai dengan apa
yang kita hendaki.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw disebutkan: “Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.” (H.R. Ahmad)
Dalam hadits tersebut dikatakan bahwa mencari nafkah (kerja keras) untuk memenuhi kebutuhan keluarga adalah serupa dengan mujahid, hal itu berarti memiliki nilai yang sangat besar. Oleh sebab itu Allah Swt. senang terhadap hamba-Nya yang mau berusah payah dan bekerja keras dalam mencari nafkah.
Dalam hadits lain Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari pada malam itu ia diampuni oleh Allah.” (HR. Ahmad)
Namun perlu diketahui bahwa motivasi dalam bekerja merupakan pekerjaan yang bernilai ibadah karena Islam telah mengajarkan untuk menjaga keseimbangan antara urusan dunia dengan urusan akhirat. Bekerja untuk kepentingan dunia harus seimbang dengan beribadah untuk akhirat. Syarat khusus dalam meraih kesuksesan di kehidupan dunia adalah harus dapat melakukannya dengan usaha dan kerja keras.
Rasulullah Saw. bersabda: ”Berbuatlah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari.” (H.R. Bukhari)
4. Hikmah kerja keras
Allah Swt. telah menyuruh kita untuk bekerja keras karena bekerja keras dalam Islam memiliki banyak hikmah dan manfaat terhadap lingkungan. Adapun hikmah bekerja keras, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Dapat mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan, maupun keterampilan;
b. Dapat membentuk pribadi yang disiplin serta bertanggung jawab;
c. Mengangkat harkat martabat diri baik sebagai makhluk individu maupun sebagai masyarakat;
d. Dapat meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan;
e. Dapat mendorong untuk hidup mandiri dan tidak menjadikannya beban bagi orang lain;
f. Dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga terpenuhi;
g. Mampu menjalani hidup layak;
h. Menimbulkan rasa sayang apabila waktunya terbuang dengan sia-sia;
i. Dapat meraih cita-cita menjadikannya seorang yang dermawan.
j. Yang utama hikmah dari kerja keras adalah disukai Allah Swt.
k. Mendapatkan pahala dari Allah Swt karena niat kerja keras yang diniatkan karena Allah Swt merupakan bagian dari ibadah;
l. Dapat memelihara kemuliaan sebagai seorang muslim.
5. Islam dan tenggung jawab
Dalam catatan sejarah ulama terdahulu diriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin Abdil Aziz dalam suatu shalat tahajjudnya membaca;
Q.S. as-Saff at/37: 22-24.https://quran.kemenag.go.id/sura/37/22
Khalifah Umar bin Abdil Aziz mengulangi ayat tersebut beberapa kali karena merenungi besarnya tanggung jawab seorang pemimpin. Dalam riwayat lain, Umar bin Khattab r.a. mengungkapkan besarnya tanggung jawab seorang pemimpin di akhiarat nanti dengan kata-katanya yang terkenal: “Seandainya seekor keledai terperosok di kota Baghdad nicaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya, seraya ditanya: “Mengapa tidak meratakan jalan untuknya?” Itulah dua dari ribuan contoh yang pernah dilukiskan para sahabat/ulama tentang tanggung jawab pemimpin di hadapan Allah Swt. kelak. Prinsip tanggung jawab dalam Islam itu berdasarkan atas perbuatan
individu sebagaimana ditegaskan dalam;
Q.S. al An’am/6: 164. https://quran.kemenag.go.id/sura/6/164
Seorang yang cerdas selayaknya merenungi hal ini sehingga tidak meremehkan perbuatan baik sekecil apapun dan tidak gegabah berbuat dosa walau sekecil biji sawi. Mengapa demikian? Boleh jadi perbuatan baik atau jahat itu mula-mula amat kecil ketika dilakukan, akan tetapi bila pengaruh dan akibatnya terus berlangsung lama, bisa jadi amat besar pahala atau dosanya.
Tanggung jawab seorang berkaitan erat dengan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat, semakin tinggi pula tanggung jawabnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas prilaku diri, keluarga, saudara-saudara, masyarakatnya dan rakyatnya. Hal ini ditegaskan Allah Swt; “Wahai orang-orang mukmin peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (Q.S. at-Tahrim/66: 6) Sebagaimana juga yang ditegaskan Rasululah Saw: “Setiapkamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.”(Muttafaq Alaih).
Tanggung jawab vertikal ini bertingkat-tingkat bergantung pada kondisinya. Kepala keluarga, kepala desa, camat, bupati, gubernur, dan kepala negara, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya sesuai dengan ruang lingkup yang dipimpinnya. Seorang mukmin yang
cerdas tidak akan menerima kepemimpinan itu kecuali dengan ekstra hati-hati dan senantiasa akan memperbaiki diri, keluarga dan semua yang menjadi tanggungannya.
Pemimpin dalam tingkatan apapun akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. atas semua perbuatannya di samping seluruh apa yang terjadi pada rakyat yang dipimpinnya. Baik dan buruknya prilaku dan keadaan rakyat bergantung kepada pemimpinnya. Sebagaimana rakyat juga akan dimintai pertanggungjawabannya ketika memilih seorang pemimpin. Bila mereka memilih pemimpin yang bodoh dan tidak memiliki kapabilitas serta akseptabilitas, kelak pemimpin itu akan membawa rakyatnya ke jurang kedurhakaan. Para pemilih juga akan turut menanggung pertanggungjawaban itu.
6. Makna tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sesuatu sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Masalah tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks teologis. Sebagai makhluk individu, manusia harus bisa bertanggung jawab pada dirinya sendiri yaitu dengan menjaga keseimbangan antara jasmani dan rohaninya sendiri dan juga harus bertanggung jawab terhadap Allah Swt. yang Mahapencipta. Tanggung jawab manusia sebagai makhluk individual akan lebih kuat jika dia mempunyai kesadaran akan tanggung jawabnya dan akan berusaha dengan sepenuh hati untuk menjalankan tanggung jawabnya bukan sebagai beban tetapi sebagai kesadaran.
Dalam konteks sosial, manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Nilai-nilai yang diperankan oleh seseorang sebagai makhluk sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak menganggu keharmonisan hidup antar anggota sosial dan tidak mengganggu konsensus nilai yang ada dan telah disetujui bersama. Hal ini dicontohkan Nabi Adam a.s. yang diciptakan oleh Allah Swt. sebagai khalifah-Nya di bumi, tetapi ia tidak bisa hidup sendirian. Untuk itu Allah menciptakan Hawa sebagai istrinya dari jenisnya sendiri.
Firman Allah Swt dalam Q.S. al-Baqarah/2: 30. https://quran.kemenag.go.id/sura/2/30
Demikian juga tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya, timbul karena manusia sadar akan keyakinannya terhadap nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya. Manusia bertanggung jawab terhadap kewajibannya menurut keyakinan agamanya. Misalnya kita sebagai seorang muslim berkewajiban untuk melakukan shalat 5 waktu dalam sehari. Oleh karena itu kita harus melaksanakan kewajiban tersebut dengan penuh kesadaran karena kita yakin akan hal tersebut. Dengan demikian, kita telah bertanggung jawab terhadap kewajiban kita sebagai seorang hamba-Nya. Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah sebuah keberanian. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang menjadi tanggung jawabnya. Ia bersifat jujur terhadap dirinya sendiri dan juga jujur terhadap orang lain.
Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh potensi dirinya untuk menjalankan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati dan orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mau berkorban untuk kepentingan orang lain.
Perjuangan orang tua untuk anak-anaknya tidak bisa dihitung lagi banyaknya. Begitu besar pengorbanan mereka, hingga mereka menggadaikan kepentingan dan kebahagiaan mereka sendiri hanya untuk anak-anaknya. Itulah wujud tanggung jawab yang dilakukan orang tua kepada anaknya. Dengan begitu, mereka telah bertanggung jawab atas titipan-Nya yang diberikan kepada mereka yaitu anak-anak yang harus mereka rawat, besarkan dan didik dengan amanah.
Tanggung jawab sangat erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban merupakan sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban juga merupakan bandingan terhadap hak. Oleh karena itu, tanggung jawab adalah kewajiban. Sebagai pelajar maka kewajiban kita adalah belajar, dengan demikian kita telah memenuhi kewajiban kita sebagai pelajar. Hal ini berarti bahwa kita telah bertanggung jawab atas kewajiban kita.
Akan tetapi ketika kita menghadapi ujian dan kita sadar akan kewajiban kita untuk belajar, tetapi kita tidak mau belajar dengan alasan malas, capek, segan dan lain-lain, itu berarti kita tidak bertanggung jawab pada diri sendiri.
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan karena mampu menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan dapat dirasakan oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Sebaliknya, orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan sebab ia tidak mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Problema utama yang dirasakan pada zaman sekarang, adalah rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggung jawaban.
7. Menunaikan tanggung jawab
Menurut sifat dasarnya manusia merupakan makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi yang mempunyai pendapat, perasaan, dan kemauan untuk bertindak sesuai dengan keinginan sehingga manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan baik yang disengaja maupun tidak. Beberapa tanggung jawab manusia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Tanggung jawab kepada Allah
Tanggung jawab kepada Allah menuntut kesadaran manusia untuk memenuhi kewajiban dan pengabdiannya kepada Allah SWT. Sebagai makhluk ciptaan Allah Swt manusia harus bersyukur kepada-Nya yang telah menciptakan, memberi rizki dan selalu memberikan yang terbaik untuk makhlukNya. Karena itu manusia wajib mengabdi kepada Allah Swt.
Menyembah itu merupakan pengabdian kepada Allah Swt. sebagai wujud tanggung jawab kepada Allah Swt. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban merupakan sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Allah Swt. hanya memberikan beban kepada seseorang disesuaikan dengan kemampuannya.
2. Tanggung jawab kepada keluarga
Keluarga terdiri atas ayah ibu, anak-anak, dan juga orang-orang lain yang menjadi anggota keluarga. Setiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab terhadap keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Namun tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, keamanan, pendidikan, dan kehidupan.
Tanggung jawab kepada keluarga ini menuntut tiap anggota keluarga untuk mempunyai kesadaran tentang tanggung jawab. Misalnya, seorang ayah mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk melindungi danmenghidupi istri dan anak-anaknya dengan seluruh kemampuannya. Seorang ayah yang baik tidak akan pernah lari dari tanggung jawabnya untuk membahagiakan keluarganya. Sama halnya juga dengan seorang ibu yang mempunyai tanggung jawab sangat penting untuk mengurus suami dan anak-anaknya dengan semua tenaga dan pikirannya. Seorang ibu juga bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang saleh dan salehah. Seorang anak juga mempunyai tanggung jawab yang besar kepada keluarga terutama kepada kedua orang tuanya dengan membahagiakannya, dengan sungguh-sungguh belajar, menjaga nama baik keluarga, dan berusaha dengan mengoptimalkan potensi sehingga bisa membuat kedua orang tua bangga dengan apa yang kita lakukan.
3. Tanggung jawab kepada masyarakat
Manusia merupakan makhluk sosial yang merupakan anggota masyarakat. Oleh karena itu dalam berfikir, berbicara, dan bertingkah laku, manusia terikat oleh norma masyarakat. Semua tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Sebagai contoh di sekitar kita tinggal sedang diadakan kerja bakti tetapi kita dengan sengaja tidak ikut berpartisipasi di dalamnya, maka kita harus mempertanggung jawabkan perbuatan kita itu. Sebagai akibatnya kita harus siap apabila terjadi ketidak nyamanan dalam hubungan dengan masyarakat sekitar. Misalnya kita akan menjadi bahan omongan masyarakat sekitar. Jika memang ada sanksi yang telah disepakati bersama seperti membayar denda karena tidak ikut berpartisipasi, kita harus bertanggung jawab dengan membayar denda dan berusaha untuk mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat sekitar. Dari penyelesaian tersebut kita tahu bahwa tanggung jawab kita sebagai anggota masyarakat bukan sekadar wacana melainkan
juga dalam hal perbuatan kita harus bertanggung jawab. Contoh lain adalah ketika menjadi aparatur desa yang dipilih oleh masyarakat, kita harus memiliki kesadaran untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut dengan sepenuh hati dan ikhlas. Caranya adalah bekerja secara optimal, jujur, dan bertanggung jawab terhadap tugastugasnya. Setiap anggota masyarakat juga mempunyai tanggung jawab dengan cara saling menjaga kerukunan dan keharmonisan antar anggota masyarakat.
4. Tanggung jawab kepada Bangsa dan Negara
Sebagai warga negara yang baik kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga nama baik negara, berusaha untuk memajukan negara. Sebagai pelajar, kita harus terus menuntut ilmu untuk kepentingan dan kemajuan bangsa dari segi pendidikan.
Manusia terikat dengan norma-norma atau peraturan, hukum yang dibuat oleh suatu negara. Seseorang tidak dapat berbuat sesuai dengan kemauannya sendiri. Apabila perbuatan seseorang itu salah dan melanggar aturan, ia harus bertanggung-jawab kepada negara. Misalnya, seorang pejabat pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengatur dan mengelola pemerintahan yang telah dipercayakan kepadanya, tetapi pejabat tersebut melakukan korupsi maka ia juga harus mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada pemerintah, melalui proses hukum.
8. Hikmah dan Manfa'at tanggung jawab
Kita dituntut memiliki tanggung jawab yang baik. Pada saat bekerja, berbicara, dan berbuat. Memiliki sikap berani bertanggung jawab atas kesalahan yang lakukan, dan mengubah tindakan dengan tindakan yang lebih baik dapat memudahkan kita untuk selalu mendapatkan kepercayaan dan meraih kesuksesan. Dengan memiliki sikap tanggung jawab yang baik kita dapat memperoleh banyak manfaat.
Adapun hikmah bertangggungjawab adalah sebagai berikut,
a. Mendapatkan kepercayaan orang banyak;
b. Mendorong pelaku dan pemangku kepentingan untuk lebih mudah dan cepat sukses;
c. Memberikan dampak lebih kuat, nyaman, dan aman dalam menghadapi permasalahan yang harus diselesaikan;
d. Mendapatkan penghargaan oleh masyarakat;
e. Dapat memperhitungkan sebab akibat dan dampak perbuatan di masyarakat;
f. Mendapatkan solusi dan pengembangan yang tepat.
g. Akan merasalakan lebih tenang, aman, dan nyaman dalam segala hal.
D. Penerapan Karakter
Setelah mengkaji materi tentang “Nikmatnya Kerja Keras dan Tanggung jawab”, diharapkan peserta didik dapat menerapkan karakter dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:
1. Relegius
Contoh; Ketika memulai pekerjaan, Ahmad selalu berdoa
2. Kerjasama
Contoh; Muhdori membantu pekerjaan teman sekantornya dengan niat ikhlas karena dengan membantu akan meringankan diri dan beban orang lain.
3. Toleran, Damai
Contoh; Dalam sebuah rapat, untuk memecahkan problem pekerjaan terjadi perbedaan pendapat antara Abdul Mar’i dan perserta rapat lainnya. Pendapat pribadinya belum diakomodasi oleh forum, tetapi ia menghormati keputusan rapat yang mengambil pendapat temannya.
4. Disiplin, Jujur
Contoh; Untuk membuktikan bahwa ia datang dengan sistem fi nger, Abdullah selalu datang sebelum jam maksimal presensi pagi dan pulang setelah minimal presensi. Jika ada keperluan lain dan dinas luar, ia memberi tahu pada pimpinan.
5. Tanggung Jawab, Peduli
Contoh; Arman seorang direktur dari C.V. Adil Makmur mendapatkan pekerjaan untuk perbaikan gedung sekolah. Kemudian ia mengerjakan pekerjaan dengan membongkar gedung. Terdapat kusen, genteng dan lain-lain barang yang layak pakai. Ia menghitung kembali barang tersebut kemudian dipakai kembali barang tersebut. Arman juga melaporkan sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaannya.
E. Ringkasan
1. Sifat kerja keras, menunjukkan hal yang sangat penting untuk dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekerja keras kita akan dapat memperoleh kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Kerja keras, tekun, ulet, dan teliti merupakan akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, terutama bagi seorang pelajar dalam proses pendidikan.
2. Pekerja keras selalu melakukan perencanaan dalam hidupnya. Meskipun hasilnya tidak dapat ia petik langsung, tetapi dapat dimanfaatkan untuk generasi sesudahnya.
3. Akhlak terpuji tersebut tidak hanya membutuhkan pemahaman konsep, tetapi juga diimplementasikan atau diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Terutama sebagai umat muslim urgensi akhlak diutamakan untuk mencetak prestasi bagi dunia peradaban Islam.
4. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sesuatu sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya. Setiap manusia memiliki tanggung jawab, yaitu tanggung jawab terhadap Allah Swt. terhadap keluarga, terhadap masyarakat dan terhadap bangsa dan negara.
5. Tanggung jawab seorang berkaitan erat dengan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat maka semakin tinggi pula tanggung jawabnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas perilaku diri, keluarga, saudara-saudara, masyarakat dan rakyatnya.
6. Pemimpin pada tingkat apa pun akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. atas semua perbuatannya, selain seluruh apa yang terjadi pada rakyat yang dipimpinnya. Baik dan buruknya perilaku dan keadaan rakyat bergantung pada pemimpinnya. Sebagaimana rakyat juga akan dimintai pertanggungjawabannya ketika memilih seorang pemimpin. Apabila rakyat memilih pemimpin yang bodoh dan tidak memiliki kecakapan serta kelayakan yang dapat membawa rakyatnya ke jurang kedurhakaan, mereka juga akan dibebani pertanggung jawaban itu.
Semoga Bermanfa'at ...